Seakeeping Test Model
Kapal Sabang Marindo
1.
PENGANTAR
Laporan Teknis Seakeeping Test model kapal Sabang
Marindo Desain Baru ini merupakan laporan yang menjelaskan kegiatan yang telah
dilakukan oleh Leader Manufakturing dan pengujian model kapal 1.2.0, Program Aplikasi
Penyempurnaan Desain Dan Uji Operasional Kapal Ferry Cepat Angkut
Penumpang/Barang 2010.
Berdasarkan pengkajian secara numerik pada tahun pertama
(2008) dan tahun kedua (2009) telah dilakukan pemilihan jenis kapal yang akan
dipakai sebagai model dalam penelitian ini yaitu kapal ferry cepat Sabang
Marindo. Dimana pada hasil perhitungan numerik diketahui bahwa
kapal Sabang Marindo mempunyai stabilitas tertinggi ~75 derajat, dan sudut
rolling < 10 derajat.
Kapal Ferry Cepat KFC Sabang Marindo hasil modifikasi
perlu dilakukan pengujian Resistance
Test; Decay test dan Seakeeping test. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
performance kapal dan kehandalannya.
Seakeeping test dilakukan di MOB dengan variasi arah
gelombang sebagai berikut :
1.
kondisi following sea
2.
kondisi stern quartering sea
3.
kondisi beam sea
4.
kondisi bow quartering sea
5.
kondisi head sea
2.
TUJUAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah malakukan Seakeeping
test pada Sabang Marindo pada berbagai kondisi arah gelombang dengan
tujuan untuk mendapatkan nilai response amplitude operator (RAO). Hal ini untuk
menghindari kondisi resonansi akibat periode gelombang di daerah pelayaran yang
dilalui oleh kapal.
3.
KEGIATAN SEAKEEPING TEST
Sebelum uji seakeeping dilakukan maka
dilakukan persiapan di kolam MOB yaitu melakukan kalibrasi gelombang dengan tujuan
untuk memastikan gelombang yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.
Gelombang ini dikalibrasi sebagai berikut:
a.
Sebelum melakukan kalibrasi sebenarnya, beberapa
pemodelan gelombang dihitung berdasarkan fungsi waktu, berdasarkan spektrum
gelombang teoritis yang dibutuhkan. Setiap jenis gelombang berdasarkan bentuk
spektrum yang yang sama, tetapi dengan berbeda angka penghasil untuk distribusi
fasa. Kemudian perintah untuk setiap
flap di tanki dan gelombang dihitung berdasarkan gelombang yang terpilih (
kombinasi dari bentuk spektra dan angka
gelombang).
b.
Kemudian gelombang dihasilkan serta diukur di kolam untuk
selama 30 menit skala penuh. Model kapal tidak ditaruh di kolam saat ini untuk
mencegah pantulan yang diinginkan.
c.
Sinyal gelombang yang terukur dianalisa dan bentuk
spektra terukur kemudian dibandingkan dengan bentuk spektra yang diinginkan.
d.
Persyaratan untuk luas spektra gelombang , mz0 (see
section 3.3) diatur sebesar < 3% dari
nilai teoritis.
Jika spektrum gelombang terukur tidak memenuhi kriteria
ini, perintah untuk pembangkit gelombang dikoreksi untuk perbedaan antara
persyaratan dan spektrum gelombang yang terukur. Dan langkah (b) hingga (d)
harus diulang.
Selanjutnya, sebelum uji dilakukan seluruh sinyal
pengukuran dinolkan dengan cara sinyal – sinyal untuk ketinggian gelombang
dinolkan dengan kondisi model kapal pada posisi kesetimbangan air tenang.
Pengujian seakeeping ini dilakukan di Tangki Olah Gerak (MOB)
dengan gelombang tak beraturan (irregular wave), gelombang tersebut dibangkitkan dengan pembuat gelombang (wave
maker) dengan melakukan berbagai gerakan translasi bolak – balik berdasarkan frekuensi yang diinginkan. Besarnya gerakan
bolak – balik dan frekuensinya berhubungan dengan distribusi energi pada kondisi laut tak beraturan yang
dihasilkan. Dengan demikian kondisi laut yang acak yang terdapat pada lokasi
sebenarnya dapat dibuat di kolam uji MOB.
Ketinggian gelombang diukur dengan alat pengukur
gelombang tipe kawat tahanan ( resistance
wire wave probes). Kondisi laut yang tak beraturan diatur agar distribusi
kerapatan spektral sesuai dengan distribusi energi teoritis yang diinginkan.
Spektrum gelombang yang dipakai pada uji model ini adalah gelombang spektrum
JONSWAP dengan Hs = 3m, Tp = 10 detik.
Gambar 1. Uji
seakeeping di MOB
4.
HASIL
KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
Hasil pengujian
model kapal Sabang – Marindo diperlihatkan pada gambar - gambar di bawah ini. Ada 3 (tiga ) kondisi
pengujian serta 1(satu) arah gelombang (heading) yang dilakukan pada pengujian
model ini. Kondisi tersebut dimana titik berat vertikal kapal (KG) terdiri dari
2,03 m, 3,63 m dan 3,73m. Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya perpindahan
titik berat kapal karena muatan kapal yang berubah.
Kondisi arah
gelombang dipilih pada posisi 90 (sembilan puluh) derajat atau beam sea, karena
diasumsikan kondisi gerak oleng (roll) akan maksimum terjadi hingga kapal akan
mengalami gerak oleng yang cukup berbahaya.
Dari gambar –
gambar tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa secara umum untuk kapal ini frekuensi gelombang antara 1,2 dan 1,6 (rad/detik) adalah kondisi yang harus
dihindari kapal saat berlayar.
Proses ini
semakin berbahaya bagi kapal apabila titik berat vertikal (KG) yang semakin
tinggi. Dimana respon yang diperlihatkan oleh RAO pada masing – masing kondisi
KG menunjukkan bahwa dengan semakin tingginya titik berat muatan kapal semakin
besar pula respon yang dialami oleh kapal.
Hal ini bisa sering terjadi apabila muatan barang dan penumpang
terkonsentrasi pada daerah dek atas dimana hal ini sebaiknya dihindari sehingga
keselamatan pelayaran dapat terjamin.
Dari hasil uji di
kolam ini juga menunjukkan perlunya perhitungan RAO dari setiap kapal penumpang
atau barang untuk daerah pelayaran yang akan dilalui oleh kapal tersebut. Hal
ini untuk menghindari kondisi resonansi karena periode gelombang di daerah
pelayaran yang dilalui oleh kapal.
Gambar.
2 RAO – kondisi following sea Kapal Ferry Cepat hasil modifikasi untuk kecepatan dinas
25 knot tinggi gelombang significant 3m dan Tp = 15.5 detik
Gambar.
3 RAO – kondisi stern quartering sea Kapal Ferry Cepat hasil modifikasi untuk
kecepatan dinas 25 knot tinggi gelombang significant 3m dan Tp = 15.5 detik.
Gambar. 4 RAO – kondisi beam sea Kapal Ferry Cepat
hasil modifikasi untuk kecepatan dinas 25 knot tinggi gelombang significant 3m dan
Tp = 15.5 detik
Gambar.5
RAO – kondisi bow quartering sea Kapal Ferry Cepat hasil modifikasi untuk
kecepatan dinas 25 knot tinggi gelombang significant 3m dan Tp = 15.5 detik
Gambar 6 RAO – kondisi head sea Kapal Ferry Cepat hasil modifikasi untuk
kecepatan dinas 25 knot tinggi gelombang significant 3m dan Tp = 15.5 detik
5.
REKOMENDASI
Dari kajian teknis
hidrodinamika kapal cepat angkut barang dan penumpang ini telah didapatkan
suatu desain badan (hull) kapal ferry yang dapat mencapai kecepatan optimal
berkisar antara 20 – 25 knots dan mempunyai karakteristik gerakan yang baik
dimana sudut respon terhadap gelombang yang menerpa kapal ferry ini menjadi
lebih kecil karena koefisien redaman yang dihasilkan membesar.
Pemasangan bilgekeel pada
kapal fery cepat ini merupakan hal yang tepat karena selain memperbesar
koefisien redaman terhadap gerakan kapal penumpangpun akan merasa nyaman saat
melakukan penyebrangan. Selain itu penempatan bilge keel pada posisi streamline
dari aliran fluida membuat kecepatan optimal yang diinginkan tidak terkurangi.
Bentuk haluan kapal ferry ini dimodifikasi agar kapal dapat
berlayar dengan kecepatan tinggi. Secara umum selama tiga tahun penelitian ini
berlangsung telah dihasilkan suatu desain dari badan (hull) kapal angkut
penumpang barang yang handal secara stabilitas, seakeeping dan resistance dalam
melakukan tugasnya untuk penyebrangan (ferry) antar pulau di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar